Religion and Sustainable

Official Blog of Institute for Religion and Sustainable Development

Mengkritisi latar solidaritas sosial  

Dalam upaya pembangunan Indonesia, kita melihat begitu banyak aktor yang bersedia memberikan waktu dan kesempatan yang mereka miliki sebagai bentuk solidaritas. Beberapa aktor yang terlibat tidak terlepas dari peran mereka sebagai tokoh agama atau berdasarkan pemahaman keagamaan yang mencoba menunjukan bahwa mereka hadir dan ada sebagai kekuatan masyarakat yang bisa diandalkan dan memiliki tanggung jawab. Selain itu, begitu kuatnya ikatan komunalitas di negeri ini, semakin memperkuat model solidaritas tersebut, sehingga pada sisi tertentu, atau wajah kelam dari solidaritas ini, sangat mudah dimobilisasi untuk kepentingan para elit dan oknum yang memiliki posisi dalam struktur lembaga keagamaan untuk melakukan kekerasan serta intimidasi terhadap kelompok lain. Dalam beberapa aspek, solidaritas keagamaan menyentuh ruang-ruang yang kadang kita tidak temukan pada kondisi masyarakat lain diluar Indonesia, yaitu intensitas dari solidaritas yang dirawat dan dikelola dalam sebuah majelis untuk kepentingan solidaritas yang lain seperti kampanye hemat energi, penyelamatan lingkungan, dan kebersihan lingkungan. Dan sesungguhnya memiliki kekuatan positif yang jauh dari pengrusakan, intimidasi dan perebutan kekuasaan. Penulis sadari, solidaritas sesungguhnya bisa menjadi penggerak perubahan yang sejatinya akan sangat berguna untuk bagi modal pembangunan Indonesia. Begitu banyak nilai positif yang ditawarkan sebagai harapan untuk sebuah perbaikan dan kebaikan. Akan tetapi, jika solidaritas itu digunakan sebagai alat untuk memperebutkan kekuasaan maka menjadi wajib hukumnya bagi setiap orang untuk mengkritisi solidaritas yang mereka miliki, karena telah menggeser makna solidaritas yang positif menjadi sangat negatif. Selanjutnya, mungkin kita bisa memulai memikirkan tentang ikatan solidaritas yang kita miliki selama ini, apakah memberikan manfa'at positif pada masyarakat luas, atau justru digunakan sebagai alat mendapatkan sumberdaya yang berdampak pada peminggiran kelompok minoritas, dan pemandulan semangat pembaharuan.(rn)             


[get this widget]

AddThis Social Bookmark Button

0 komentar

Posting Komentar